" ITAK "
Jangan samakan itak dengan kelamai, bukan pula sama dengan dodol. Itak ya itak. Jenis makanan tradisi Pasirpengarayan yang dihidangkan dihari raya idul fitri. Dulu itak hidangan wajib setiap rumah penduduk , tidak peduli status dan jabatan. Itak bukan hanya sekedar panganan. Itak melambangkan sifat gotong royong dan toleransi antar penduduk.
Membuat itak bukan gampang, perlu kerjasama, mulai memarut kelapa, memeras santan , mengaduk (mengacau) didalam kuali besar (kancah) perlu empat orang , apipun harus dijaga, proses dimulai sesudah sahur, selesainya baru mendekati waktu berbuka.
Coba siapa yang sanggup mengerjakan sendiri, apalagi dalam kondisi sedang berpuasa. Konon nama “itak” berasal dari kata lapar yang didalam bahasa Pasipengarayan disebut dengan “litak”. Sehingga nama makanan yang merepotkan ini disebut “Itak”
Pembuatan itak digilir sesuai jadwal yang disepakati diantara tetangga, untuk kaum bapak kebagian tugas memasang tenda (dagau), memeras kelapa, membuat tungku, mengaduk (mengacau)., dan membangkit. Sedangkan ibu-ibu memarut (mengukuo) , menjaga api, dan memasukkan itak kedalam “upieh”
Itak memang makanan yang unik , sudahlah dibuat berlitak-litak, waktu hari raya itak hampir-hampir tak disentuh tamu, alias kurang laku. Itak dibiarkan saja disimpan sampai mengeras dan berjamur (beramam). Nah kalau sudah mengeras dan berjamur itak mulai naik pamor, paling disukai, dicari-cari , bahkan kadang-kadang sering disembunyikan karena takut nak berbagi.
Sekarang itak sudah masuk museum, waktu ” popaja potang” menunggu mengacau itak merupakan kenangan masa lalu, berebut “cirik minyak” dan “korak itakpun” tak akan pernah terulang lagi..Entah disebabkan apa dulu hobiku memang makan “korak”, korak itak, korak nasi, korak kue sopik, untong korak hidong tak kumakan.
0 komentar:
Posting Komentar